Jumat, 04 Desember 2015

Makanan Khas Jawa Barat

Keadaan alam Jawa Barat yang banyak ditumbuhi aneka macam jenis tumbuhan dan banyak dialiri sungai mempengaruhi pada jenis menu khas Jawa Barat. Banyaknya pohon pisang yang tumbuh di tanah Sunda memberi inspirasi kepada wanita Sunda untuk berkarya membuat aneka macam pais (pepes) yang menggunakan daun pisang. Seperti pepes ikan, pepes ayam, pepes tahu, pepes oncom, nasi timbel dan lain-lain.
Begitu pula dengan banyaknya sungai dan kolam di Tanah Sunda memungkinkan budidaya ikan berkembang baik di wilayah Jawa Barat, terutama ikan mas dan gurame. Sehingga hal ini memberi jalan kepada masyarakat Sunda untuk mahir dalam seni memasak ikan.


Berbagai cara memasak ikan seperti dibakar, digoreng, dipepes, dibubuy (dibungkus pakai daun pisang lalu dimasukan ke dalam abu panas), dicobek, diacar, dibumbu rujak, dan lain-lain.

Orang Sunda menyenangi aneka jenis tanaman sebagai penyerta makan (lalab). Tidak kurang dari 70 jenis tanaman yang tumbuh di wilayah Jawa Barat dapat dijadikan lalab, baik dimakan mentahnya maupun dimasak dahulu (Edi Ekadjati, 1991).
Lalab biasanya dimakan beserta sambal, aneka macam sambal diantaranya sambal terasi, sambel muncang (kemiri), sambal oncom, sambel goreng, sambel cabe hejo dan lain-lain. Lalab dibuat pula sebagai bahan beberapa jenis masakan seperti karedok, pencog, reuceuh, ulukutek, lotek, tumis dan angeun (sayur kuah).

Jenis-jenis masakan yang terbuat dari ikan dan lalab tersebut dewasa ini telah dipandang sebagai makanan khas Sunda yang tidak hanya disenangi oleh orang Sunda, melainkan juga oleh orang-orang lain dari dalam negeri dan luar negeri.

Kehadiran rumah makan khas Sunda yang ditandai dengan menu khas yang disajikan juga ditandai dengan cara penyajian, perlengkapan yang dipakai, seprti boboko (bakul), coet (ulekan), samak (tikar). Kemudian gaya bangunannya dengan arsitektur khas Sunda, seperti adanya rumah panggung, kolam, bahan bangunan terbuat dari kayu atau bambu.

Bahkan nama rumah makannya pun mencerminkan identitas Sunda, seperti Lembur Kuring, Ponyo, Boboko, Nasi Timbel, Geksor dan lain-lain.Beberapa menu makanan khas Sunda yang hampir ditemui di daerah Jawa Barat, khususnya daerah Parahyangan, antara lain sangu timbel, tutug oncom, karedok, lotek, angeun haseum. Sedangkan beberapa daerah yang mempunyai menu makanan khas, antara lain :

1. Bandung : mie kocok, sayur kupat. soto bandung, baso tahu bandung angeun kacang beureum.,

2. Cianjur : geco.
3. Purwakarta : sate maranggi.
4. Bogor : laksa.
5. Cirebon : empal gentong, tahu gejrot.
Di samping menu makanan pokok orang Sunda sehari-hari (seperti nasi, pepes, karedok, sayur asem dan sambel lalab) yang sering dikonsumsi, juga banyak makanan khas daerah berupa penganan atau jenis makanan kecil/ringan yang khas lainnya, seperti dari daerah :
  1. Bandung : peuyeum sampeu & ketan, borondong, ladu, burayot, ali agrem, kolontong, opak, ranginang, kiripik tempe, kiripik oncom, awug, tahu bandung.
  2. Bogor : sirop pala. kiririp taleus, asinan bogor, lapis hejo.
  3. Cirebon : kurupuk udang, sirop campolai, terasi, ikan asin, emping.
  4. Sumedang : tahu, hui cilembu.
  5. Cianjur : tauco, aneka manisan buah.
  6. Sukabumi : sirop pala, kueh moci, bika ambon.
  7. Kuningan : peuyeum ketan bodas.
  8.  Majalengka : kecap.
  9. Purwakarta : simping, peuyeum gandul.
  10. Subang : dodol ganas, sale ganas.
  11.  Garut : aneka macam dodol ketan, sale kesemek.
  12. Tasikmalaya : dodol sirsak, sale cau, opak, ranginang.
  13. Ciamis : minyak kelapa, galendo, kiripik cau, sale cau.

Pakaian Adat Jawa Barat

Jawa Barat sebagai propinsi yang terdekat, selain banten, dengan Ibu Kota Jakarta, tentu mengalami beberapa hal yang sangat memengaruhi kehidupan budaya masyarakatnya. Apa lagi kekinian, buadaya jawa Barat yang terkenal dengan wilayah Priyangan barat, timur, Cirebon, dan Banten telah terkontaminasi budaya modernitas dan pergaulannya yang mulai menjauh dari budaya dan adat daerahnya. Begitu pun dalam hal berpakaian, masyarakat propinsi Jawa Barat tercatat mengalami beberapa perubahan besar dalam tata cara berpakaian.
Tulisan ini akan mencoba memaparkan pakaian adat Jawa barat dari aspek sejarah dan filosofinya yang telah hilang. Karena jika kita berbicara pakaian adat yang dikenakan masyarakat Jawa Barat pada hari ini, kita akan terdistorsi dengan perbedaan yang sangat kentara dari berbagai kota dan kabupaten yang terdapat dalam Propinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan oleh peperangan yang terjadi selama kurun waktu pra kolonial hingga dua masa kolonialisme. Terutama Jepang yang sangat keras menerapkan aturannya di Indonesia, dan mengangkut segala macam bahan pangan, dan sandang.
Sejalan dengan adanya beberapa nilai yang hilang, maka norma pun berubah. Di antaranya norma tentang cara berpakaian. Di Jawa Barat pada jaman kolonial Jepang, Ikat kepala atau bendo hampir serempak ditinggalkan. Sanggul bagi para mojang telah diganti kepang, dan kain kebaya yang beralih pada gaun yang dianggap lebih praktis. Dengan kenyataan tersebut, bisa kita tarik kesimpulan bahwa titik kulminasi perkembangan busana Jawa Barat terjadi pada waktu akhir pemerintahan hindia Belanda. Buku yang berjudul Tatakrama Oerang Soenda (Satjadibrata, 1946) memuat beberapa ketentuan cara berpakaian masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang dianggap pantas saat itu. Cara berpakaian itulah secara umum dijadikan rujukan pakaian tradisional Masyarakat Jawa Barat.
Jadi tulisan ini akan melangkah menuju rimba sejarah pakaian adat masyarakat Jawa Barat yang bersandar pada hasil-hasil penafsiran bukti bukti sejarah, baik dalam bentuk prasasti, naskah, atau sastra lisan yang menjadi saksi dan tanda keberadaat pakaian tradisional saat itu.
Bukti awal yang menunjukkan keberadaan kerajinan seni tenun di Jawa Barat terdapat pada piagam tembaga Kebantenan yang ditulis pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja (1482-1521), berikut kutipannya dalam terjemahan: “Inilah tanda peringatan Rahyang Niskala Wastu Kancana yang turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, demikian pula kepada Susuhunan yang sekarang ada di Pakuan Pajajaran. Titiplah ibukota di Jayagiri dan ibu kota Sunda Sembawa. Di sana ada orang yang memberi kesejahtraan. Jangan diganggu oleh pemungut pajak, baik kapas yang telah ditimbang mau pun padi yang sudah dipikul...” dapat dipastikan bahwa “kapas” yang disebut dalam piagam itu adalah bahan baku untuk membuat pakaian.
Begitu pula dalam sastra lisan, pada cerita rakyat Jawa Barat kita mengenal nama Dayang Sumbi dalam kisah “Tangkuban Perahu”. Kata dayang pada nama tokoh cerita itu merupakan kata sandang yang berasal dari danghyang (bahan pembanding “dang” pada kisah Melayu). Ada pun sumbi secara harfiah berarti “sepotong bambu kecil yang digunakan untuk pembatas lebar tenunan” (Rig, 1862). Jadi Dayang Sumbi adalah perempuan terhormat yang pekerjaannya menenun kain.
Dari asumsi tersebut, berarti sudah sejak dulu masyarakat Jawa Barat mengenal seni tradisi tenun, keculi daerah Baduy, namun hari ini kita sudah tidak menemukannya lagi. Padahal tenunan Majalaya dan sarung cap padi buatan Garut sempat merajai pasaran sampai pertengahan dekade enam puluhan.
Informasi lain tertulis pada buku Sanghyang Siksa Kandang Karesian pada tahun 1518 di dalamnya memngungkap mengenai ragam corak tenunan, di antaranya: kembang muncang, gagang senggang, sameleg, seumat sahurun, anyam cayut, sigeji, pasi-pasi, kalangkang ayakan, poleng rengganis, jayanti, cecempaan, paparanakan, surat awi, parigi nyengsoh, gaganjar, lusian besar, kampuh jayanti, hujan riris, laris, boleh alus, dan ragen panganten. Selain itu ada pula corak batik, yaitu; pupunjengan, hihinggulan, kekembangan, alas-alasan, urang-urangan, memetahan, sisirangan, taruk hata dan kembang tarate.
Contoh pakaian tradisional jawa barat :



Dari informasi di atas, jelaslah bahwa tradisi menenun dan menulis batik sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Barat sejak abad ke 15. Hal ini membantah anggapan yang menyatakan bahwa masyarakat Sunda baru mengenal tradisi menulis batik pada abad ke 17 dari orang Jawa. Namun memang sangat di sayangkan, Masyarakat Sunda tidak mampu mempertahankannya, hingga hilang dan tak termusiumkan.
Ada juga naskah yang menulis prihal dandanan perempuan Sunda, diperkirakan ditulis awal abad ke-18, yakni pada Ratu Pakuan (Atja, 1970). Berikut ini kutipannya:
Disawur ku sekar suhun
Kangkalung deung tapok gelung
Sigar de(ng) pameunteun beuheung
Kilat bahu ti katuhu
Geulang kancana ti ketja
Gorolong gumbrar homas kancana kepala dihias oleh bunga
berkalung dan tusuk konde
bermahkota dan lehernya berhias
hiasan pangkal lengan melilit di kanan
gelang mas ada di kiri
berkilauan emas kencana
Dandanan laki-laki pun sering digambarkan dalam cerita pantun Sunda. Pada pantun Panggung karaton (1971) antara lain terdapat ungkapan cawet puril pupurikil (bercawat ketat tak bercelana); disingjangan kotok nonggeng (berkain gaya ayam nungging); totopong bong totopong bang (ikat kepala bong dan bang); lancingan lepas (celana panjang); baju bebek (baju berlengan pendek); totopong batik manyingnyong (ikat kepala gaya batik manyingnyong); dibendo dibelengongkeun (bersetangan kepala rapih dalam bentuk menggelembung) baju kurung; baju mikung (baju anak-anak); baju paret (baju dengan kancing banyak); baju senting (baju laki-laki yang pendek bagian belakannya).
Semua itu kemudian serta merta ditinggalkan karena adanya ketentuan baku dari pemerintah Jepang tentang tata cara berpakaian masyarakat Jawa Barat. Pakaian kaum laki-laki yang dianggap pantas jaman jepang ialah: pertama, bendo, jas (tutup dan bukan berdasi), kain poleng sunda, dan terompah atau selop. Kedua, bendo, jas (tutup atau bukaan berdasi), kain kebat, dan terompah atau selop tanpa kaos kaki; dan ketiga; bendo, jas (tertutup bukan berdasi), pantolan (celana panjang), dan sepatu tanpa kaos.

Ada pun untuk kaum perempuan ialah kebaya, kain, selop, dan karembong (selendang). Sedang rambutnya biasa dibentuk menjadi sanggul yang nama atau jenisnya bermacam-macam. Jika seorang perempuan tidak mengenakan karembong maka dia akan dianggap wanita murahan. Berawal dari sanalah kita kehilangan identitas Jawa Barat yang sesungguhnya.

Rumah Tradisional Jawa Barat

 Jawa Barat merupakan suatu daerah yang kita kenal bersuku sunda atau kelompok etnis dari bagian barat pulau Jawa. Penting sekali bagi kita untuk mengetahui atau mengenal suku budaya yang beraneka ragam di Indonesia sebagai bentuk cinta tanah air. Menurut survey, suku sunda merupakan etnis terbesar kedua di Indonesia. Dalam posting kali ini kita akan membahas tentang rumah adat jawa barat atau dapat di bilang rumah adat suku sunda.


Secara tradisional rumah adat jawa barat atau Sunda memiliki bentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar 0,5 m sampai 1 meter di atas permukaan tanah. Namun untuk rumah-rumah adat jawa barat yang sudah tua, tinggi kolongnya dapat mencapai 1,8 meter. Biasanya kolong tersebut digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti bajak, garu, cangkul, dan sebagainya atau tempat mengikat binatang ternak seperti sapi, kuda dan kambing. Tangga yang digunakan untuk naik ke dalam rumah disebut Golodog yang dibuat dari bahan kayu atau bambu, biasanya terdiri dari tiga anak tangga. Golodog ini juga berfungsi untuk membersihkan kaki yang kotor sebelum naik atau masuk ke dalam rumah.



Rumah Adat Jawa Barat


Rumah Adat Hasan Maulani
Nama rumah adat jawa barat sebenarnya berbeda-beda, tergantung pada bentuk pintu dan atap rumahnya. Ada beberapa nama atau sebutan dalam bentuk atap rumah adat sunda seperti suhunan Jolopong, Badak Heuay, Tagong Anjing, Perahu Kemureb, Capit Gunting, Jubleg Nangkub, dan Buka Pongpok. Dari kesemua nama tersebut, Jolopong merupakan nama rumah adat sunda berbentuk atap yang paling sering digunakan oleh rumah adat suku sunda ini.

Jolopong memiliki 2 bidang atap yang terpisahkan oleh di tengah bangunan rumah yang disebut jalur suhunan. Panjang batang suhunan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap rumah yang sebelah menyebelah, sedangkan batang lainnya lebih pendek daripada suhunan dan posisinya memotong tegak lurus dikedua ujung suhunan.


Ruangan depan yang tadi disebut diatas emper, berfungsi sebagai ruang tamu. Pada jaman dulunya, ruangan depan ini dibiarkan kosong melompong tanpa ada perkakas atau perabot seperti kursi dan meja. Jika ada tamu yang datang, barulah pemilik rumah menyiapkan tikar sebagai tempat duduk tamu. Seiring perkembangan jaman, kini rumah adat tersebut sudah terdapat meja dan kursi di ruangan depan bahkan ada juga peralatan lainnya. Ruang balandongan digunakan untuk memberi kesejukan penghuni rumah. Kamar tidur rumah adat ini disebut pangkeng, ada ruangan sejenis pangkeng yang bernama jobong atau gudang sebagai tempat penyimpanan alat-alat rumah tangga. Ruangan tengah atau tengah imah digunakan sebagai ruang keluarga dan biasanya ruangan ini sering digunakan untuk pelaksanaan upacara ataupun selamatan. Ruang belakang (dapur) digunakan layaknya seperti dapur pada umumnya untuk memasak.







Rumah adat Jawa Barat ini memiliki pemahaman mendalam yang sangat mengagumkan. Nama suhunan rumah adat suku Sunda ditujukan untuk menghormati alam dan sekelilingnya. Jika diperhatikan, hampir di setiap rumah adat Sunda jarang kita temui paku besi ataupun alat bangunan modern lainnya. Sebagai pengganti paku untuk penguat antar tiang, mereka 
menggunakan paseuk (dari bambu) atau bisa juga tali dari ijuk ataupun sabut kelapa. Sedangkan atap rumah menggunakan ijuk, daun rumia, atau daun kelapa, karena memang rumah adat suku Sunda sangat jarang sekali menggunakan genting seperti pada umumnya rumah-rumah modern. Hal menarik lainnya yaitu mengenai material atau bahan bangunan yang digunakan oleh rumah adat itu sendiri yang sangat sederhana, karena rumah adat jawa barat bukan untuk perlindungan komunitas dalam peperangan, melainkan hanya untuk tempat tinggal yang nyaman.

Jumat, 13 November 2015

Tarian Tradisional Betawi

Jakarta memiliki cukup banyak tarian tradisional yang hidup dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat aslinya, yakni masyarakat Betawi. Tarian Betawi terbentuk dari proses asimilasi berbagai kebudayaan, seperti Melayu, Arab, Cina, Portugis, India, dsb. Tarian Betawi juga mempunyai ciri khas sendiri, yaitu penggunaan suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Di bawah ini ada lima jenis tarian Jakarta yang paling populer untuk Anda ketahui.

1. Tari Topeng Betawi

Tari Topeng cukup lama dikenal dan berkembang dalam masyarakat Betawi. Tarian ini merupakan paduan aspek tari, musik, dan teater. Penggunaan topeng dalam tarian ini didasarkan atas kepercayaan dahulu masyarakat Betawi bahwa topeng mempunyai kekuatan magis yang dapat menolak bala, bahkan menghilangkan rasa duka. Oleh karenanya, Tari Topeng biasanya dipentaskan untuk memeriahkan pesta-pesta penting, misalnya pada acara pernikahan dan khitan.

2. Tari Yapong

Tari Yapong pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977 dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450. Tari Yapong telah diciptakan oleh Bagong Kussudiarjo. Nama tari ini berasal dari bunyi nyanyian lagunya “ya, ya, ya”  dan alunan musik yang berbunyi “pong, pong, pong.” Gerakan tarian ini sangat dinamis dan gembira sehingga sering dipentaskan dalam acara-acara sambutan.

3. Tari Cokek

Tarian khas Betawi ini ditarikan berpasangan dan sangat kental dengan budaya etnik Cina. Kata cokek sendiri berasal dari bahasa Cinacukin yang berarti selendang yang dipakai para penari wanitanya guna menarik pasangannya. Tarian Cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan ciri khasnya adalah goyangan pinggul yang dinamis.

4. Tari Lenggang Nyai

Tari Lenggang Nyai juga sering disebut sebagai tari Lenggang Betawi. Tarian ini telah diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998 hingga tarian ini bisa dianggap masih baru. Tarian ini didasarkan pada cerita rakyat setempat, yakni tentang Nyai Dasimah yang telah berhasil keluar dari perkawinan yang merenggut kebebasannya. Seperti Tari Cekok, Tari Lenggang Nyai juga banyak dipengaruhi oleh budaya Cina. Sekelompok gadis belia berjumlah 4 atau sampai 6 orang biasanya yang membawakan tarian ini dan sering dipentaskan pada acara-acara resmi penyambutan tamu penting atau pernikahan.

5. Tari Japin

Tarian ini merupakan adaptasi dari Tari Zapin yang dipengaruhi oleh budaya Arab adan Melayu. Konon, pengubahan kata zapin menjadi japin dikarenakan kebiasaan masyarakat Betawi menyebut kata Z dengan huruf J. Tari Japin diiringi oleh musik dan lagu Betawi, yang terdiri dari alat musik gambus dan marwas. Keunikan Tari Japin Betawi ini dilihat dari kelincahan para penarinya yang melompat-lompat dan biasanya ditarikan secara berpasangan.

Makanan Khas Betawi

Betawi merupakan sebutan untuk suku asli kota Jakarta. Sejarah betawi yang begitu dinamis mempengaruhi warisan kulinernya. Makanan Khas Betawi dipengaruhi oleh budaya Cina, Eropa, dan Arab. Citarasa gurih dan sedap merupakan ciri khas khas makanan Betawi. Sebenarnya, Betawi memiliki banyak makanan khas yang lezat. Namun, seiring perkembangan pesat kota Metropolitan Jakarta yang sekaligus ibukota negara Indonesia ini, Makanan Khas Betawi sudah banyak yang langka bahkan nyaris punah.

 1.   Kerak Telor


gambar kerak telor, gambar makanan khas betawi, kerak telor

Kerak telor merupakan makanan khas Betawi yang sangat terkenal terutama pada saat acara Pekan Raya Jakarta. Kerak telor hampir mirip dengan martabak, perbedaanya terletak pada isi dan cara memuatnya. Isi kerak telor adalah ketan dan ubi. Cara memasak kerak telor, yaitu dengan dipanaskan di atas tungku arang.


 2.   Nasi Uduk


nasi uduk, gambar nasi uduk, gambar makanan khas betawi


Hampir semua masyaraka Jakarta (sekalipun bukan orang Betawi) mengenal nasi uduk. Nasi uduk sangat familiar sebagai sarapan di Jakarta. Mirip dengan nasi liwet, nasi uduk yang terbuat dari beras putih dimasak bumbu-bumbu. Bumbu-bumbu nasi uduk tersebut seperti garam, santan, daun serai, daun salam, dan daun jeruk. Rasa nasi uduk sangat lezat dan gurih. Nasi uduk biasa dimakan dengan telur dadar yang diiris, semur jengkol, ayam goreng, empal, kentang balado, dan sambal kacang.


 3.   Nasi Ulam


nasi ulam, gambar nasi ulam, gambar makanan khas betawi


Nasi ulam merupakan makanan khas Betawi yang juga mendapat pengaruh dari budaya kuliner Cina. Nasi ulam biasanya memakai nasi pera yang disiram dengan semur kentang/ semur tahu/ semur telur. Nasi ulam juga ditambah dengan cumi asin goreng, bihun goreng, telur dadar iris, dan perkedel kentang. Nasi ulam bertambah nikmat dengan tambahan daun kemangi, sambal, bawang goreng, dan taburan kacang tanah tumbuk.


 4.   Ketupat Sayur/ Lontong Sayur


ketupat sayur, gambar ketupat sayur, gambar makanan khas betawi


Ketupat sayur merupakan makanan khas Betawi yang biasa dijadikan sebagai menu sarapan. Ketupat sayur terbuat dari irisan ketupat/ lontong dengan kuah santan yang gurih. Taburan ketupat sayur berupa bawang goreng, kacang kedelai, dan kerupuk/emping.



 5.   Gado-gado


gado-gado, gambar gado-gado, gambar makanan khas betawi


Gado-gado merupakan salah satu kuliner kebanggan Indonesia. Orang asing menyebut gado-gado dengan sebutan ‘seladanya orang Indonesia’. Gado-gado berisi lontong/ ketupat, sayuran, kerupuk dan bawang goreng. Gado-gado bisa disantap pada saat sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Di Jakarta, banyak sekali penjual gado-gado.


 6.   Ketoprak


ketoprak, gambar ketoprak, gambar makanan khas betawi


Ketoprak terbuat dari ketupat atau lontong yang berisi bihun, toge, dan tahu. Ketoprak Betawi dengan rasa yang lezat ini disiram dan diaduk dengan sambal kacang. Ketoprak juga ditaburi dengan kerupuk. Makanan khas Betawi ini termasuk makanan berat yang agak ‘ringan’.


 7.   Semur Jengkol


semur jengkol, gambar semur jengkol, gambar makanan khas betawi


Semur jengkol merupakan satu-satunya makanan khas betawi yang tak terbantahkan lagi keasliannya. Masakan khas betawi yang lain mungkin ada kembarannya di daerah lain tetapi semur jengkol hanya ada di daerah Betawi saja. Orang Betawi mampu membuat jengkol menjadi hidangan semur yang lezat. Untuk menghilangkan baunya, jengkol biasa di rendam di air kapur atau air dari rebusan tangkai padi. Dahulu, daerah Pondok Gede dan Lubang Buaya merupakan daerah di Jakarta yang banyak terdapat pohon jengkol.


 8.   Laksa Betawi


laksa betawi, gambar laksa betawi, gambar makanan khas betawi


Laksa berasal dari daerah Cibinong yang kemudian merambah ke Jakarta dengan sebutan Laksa Betawi. Pengusaha Laksa Betawi biasanya orang Cina Betawi. Laksa merupakan jenis makanan sepinggan yang berkuah. Laksa berisi bihun, telur, perkedel, daun kemangi, dan daun kucai. Kuliner yang mendapat pengaruh dari Cina ini memiliki citarasa yang gurih dan manis.


 9.   Pindang Bandeng



Pindang bandeng hampir menyerupai semur tetapi ada penambahan belimbing wuluh. Rasa pindang bandeng sangat lezat dan segar. Sama dengan nasi uduk, biasanya pindang bandeng disantap saat sarapan dan dimasak pada sore hari sebelumnya.


 10.  Soto Betawi


soto betawi, gambar soto betawi, gambar makanan khas betawi


Soto Betawi berkuah santan dengan isi daging sapi, tomat, dan kentang. Rasa soto betawi ini sangat lezat dan gurih. Daging soto betawi terasa empuk, dan kuahnya terasa gurih. Makanan sepinggan khas betawi ini sangat cocok disantap dengan nasi putih sebagai makan siang.


 11.  Soto Tangkar


soto tangkar, gambar soto tangkar, gambar makanan khas betawi


Makanan khas yang satu ini lahir pada masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, orang Betawi hanya mampu membeli iga sapi yang sedikit dagingnya (tangkar). Kemudian, orang Betawi menyulapnya menjadi soto yang enak. Kini, soto tangkar ditambah dengan daging dan jeroan. Soto tangkar berkuah santan tetapi rasanya tidak terlalu ‘berat’.

Kamis, 12 November 2015

Senjata Tradisional Betawi

Keragaman budaya di Indonesia tak lain karena keragaman etnis yang terdapat di nusantara yang masing-masing etnis tersebut memiliki kekhasannya masing-masing. Keragaman itu membuat Indonesia begitu unik dan menarik untuk ditelusuri kekayaan budayanya. 
Salah satu contoh keragaman budaya di Indonesia adalah setiap daerah atau suku memiliki berbagai senjata khas tradisionalnya masing-masing yang tergantung pada kondisi alam dan budayanya. Seperti orang Jawa, memiliki senjata khasnya yaitu keris, orang Kalimantan memiliki senjata khasnya mandau, orang Makasar punya senjata khas badik, dan tak ketinggalan orang Betawi juga memiliki senjata khasnya yaitu golok betawi.
Golok biasanya digunakan oleh jawara sebagai senjata untuk membela diri. Namun hari ini beberapa senjata tradisional digunakan untuk keperluan sehari-hari, misalnya sebagai alat pertanian. Masyarakat Betawi kerap menggunakan golok sebagai senjata atau perkakas mereka. Keberadaan golok di tengah masyarakat betawi sanagt dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa Barat-Banten. Namun, secara fisik  model kedua golok ini berbeda.
Ada tiga jenis golok dalam tradisi betawi, yaitu :
  • Golok gobag 

  • Golok ujung turun  
                                  

  • Golok betok 
  

Tembaga menjadi bahan utama pembuatan golok gobag. Bentuk dari golok ini cenderung pendek. Golok gobak memiliki bentuk ujung yang rata serta melengkung di  bagian punggung golok. Gagang pada golok ini tidak memiliki ukiran. Bahan dari gagang itu sendiri adalah kayu rengas, orang Betawi menyebutnya dengan sebutan gagang jantuk. Kemudian golok ujung turun. Golok ini memiliki ujung yang lancip, dan biasanya golok ini menggunakan wafak pada bilah serta ukuran hewan pada gagangnya, dan warangka golok biasanya lebih sering menggunakan tanduk agar ketika bertarung beban golok menjadi lebih ringan.

Golok yang terakhir adalah golok betok dan badik-badik. Sama seperti golok gobak, golok ini menpunyai bentuk yang pendek dan bisanya berfungsi sebagai senjata pusaka yang menyertai golok jawara serta badik-badik yang merupakan pisau serut untuk pengasah golok jawara.
Sementara itu Golok dalam masyarakat Betawi dibedakan ke dalam dua kategori, yakni golok kerja (gablongan bendo atau golok dapur) digunakan untuk keperluan rumah tangga. Kedua golok simpenan (sorenan) ini dibedakan lagi menjadi dua yakni sorenan simpenan untuk memotong hewan dan sorenan pinggang. Ada juga yang berbentuk trapesium. Gagangnya terbuat dari kayu yang keras seperti kayu jambu atau gading dan ada juga dari tulang hewan. Badannya terbuat dari besi bekas \"per\" kendaraan bermotor (truk). Sarungnya juga terbuat dari kayu yang kuat dan ulat yang kemudian dirapatkan dengan tali.

Golok sebagai gablongan umumnya tidak bersarung dan disimpan di dapur. Sedangkan golok sorenan bersarung dan disimpan ditempat yang tidak mudah terjangkau oleh anak-anak. Penyimpanan dibawah bantal biasa dilakukan oleh para jawara dan biasanya golok tersebut diberi nama sendiri misalnya \"si Batok\" untuk menunjukkan kekhasan dan identitas dari golok serta pemiliknya. Sementara ukuran golok baik mengenai panjang pendek atau besar kecil golok tidak ada kaitannya dengan baik dan jeleknya golok hanya menyangkut masalah selera saja.


Golok juga merupakan wujud fisik kebudayaan sinkretik, yang muncul pada golok berwafak, atau wifik. Wafak adalah aksesori mistikal yang unsur-unsumya adalah huruf dan angka Arab, serta gambar hewan. Jenis wafak pada golok bukan pekerjaan pengrajin biasa, karena si pembuat dalam proses pengerjaan harus selalu dalam keadaan suci, artinya tidak boleh ada hadas. Dan sebelumnya yang bersangkutan harus berpuasa dulu. Begitulah persyaratan membuat golok berwafak sebagai pusaka Betawi. Golok berwafak harus dirawat, setidaknya secara teratur mengolesnya dengan minyak misik, atau buhur. Adapun gambar hewan yang diwafak digolok mencerminkan kepercayaan orang Betawi akan hewan yang dianggapnya keramat. Hewan yang paling difavoritkan adalah macan, misalnya golok Mat Item juga berwafak gambar macan.

Rumah Tradisional Adat Betawi



Rumah adat Betawi terdapat 2  jenis
1. Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.




2. Rumah Gudang. sudah bisa di tebak dari namanya, Rumah adat betawi yang ini berdiri di atas tanah yang berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.
 Rumah Betawi berstruktur rangka kayu atau bambu, sementara alasnya berupa tanah dan di tekel atau di semen. Keunikannya dan ciri khas dari rumah betawi terletak pada lisplank rumah ini adalah terbuat dari material kayu papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama ’gigi balang’ khas banget betawinya. Di bagian tengah dari rumah tersebut di pakai sebagai ruang tinggal di dalamnya ada kamar tidur, ruang makan, dapur dan kamar mandi dibatasi dinding kayu tertutup dan beberapa jendela untuk ventilasi udara, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah yang juga bermaterialkan kayu, genteng untuk atab rumah bermaterialkan tanah. Dinding bagian depan dari rumah ini biasanya bersistem knock down atau bisa di bongkar pasang berguna jika pemilik rumah menyelenggarakan hajatan yang membutuhkan ruang lebih luas.