Jumat, 04 Desember 2015

Tempat Wisata Di Jawa Barat

1. Pantai Pelabuhan Ratu

pantai pelabuhan ratu
pantai pelabuhan ratu
Terletak di pesisir selatan Jawa Barat, Pantai Pelabuhan Ratu populer dengan pantainya yang memiliki karakteristik ombak yang besar dan kuat, sangat cocok untuk berselancar. Di Pantai Pelabuhan Ratu terdapat fasilitas hotel, dari yang besar dan mewah hingga yang kecil dan murah. Sepanjang pantai anda dapat menemukan banyak restoran hidangan laut. Masyarakat setempat juga memiliki kepercayaan akan Ratu Kidul, sang penguasa laut selatan.

2. Curug Cikaso

curug cikaso
curug cikaso
Curug Cikaso adalah air terjun besar dan indah yang terletak di Sukabumi. Curug Cikaso memilki 3 air terjun yang saling berdampingan dengan ketinggian sekitar 80 meter dan lebar tebing sekitar 100 meter. Apabila matahari bersinar cerah, ada kemungkinan anda dapat melihat pelangi kecil di air terjun ini. Lokasi wisata air terjun Curug Cikaso berada dekat dengan Pantai Ujung Genteng.

3. Taman Wisata Mekarsari

taman wisata mekarsari
taman wisata mekarsari
Taman Wisata Mekarsari yang berlokasi di Bogor, adalah salah satu pusat pelestarian buah tropis terbesar di dunia dengan luas 264 hektar. Selain sebagai tempat penelitian dan budi daya bibit unggul, tempat ini juga merupakan tempat wisata di Jawa Barat yang cocok untuk segala usia. Selain memiliki koleksi tanaman yang sangat lengkap, Taman Wisata Mekarsari juga dapat menjadi sarana edukasi yang cocok bagi anak-anak, tempat piknik keluarga, wisata kebun buah, wisata kebun sayur, dan acara perusahaan.

4. Taman Bunga Nusantara

taman bunga nusantara
taman bunga nusantara
Taman Bunga Nusantara yang berjarak 2 jam dari DKI Jakarta adalah sebuah taman bunga seluas 23 hektar. Di sini, selain ribuan jenis bunga, terdapat pula fasilitas hiburan yang sangat cocok untuk keluarga seperti wahana alam imajinasi, teater mini, danau angsa, taman labirin, air mancur musikal, karpet bunga, taman mawar, dan lain-lain. Taman Bunga Nusantara juga memiliki tempat piknik untuk anda berpiknik bersama keluarga, dan menara pandang yang berfungsi untuk melihat keindahan taman secara keseluruhan.

5. Goa Buniayu

goa buniayu
goa buniayu
Goa Buniayu berlokasi di Sukabumi, sekitar 5 jam perjalanan dari DKI Jakarta. Kegiatan wisata petualangan goa memang belum terlalu populer, namun bagi mereka yang menyukai petualangan, goa ini sangatlah cocok. Di goa ini anda akan melihat stalakmit dan stalaktik yang indah, namun sebelumnya anda harus menuruni goa vertikal dan melewati kegelapan abadi. Di dalam goa ini juga terdapat hewan yang tidak dapat anda temui di permukaan bumi. Untuk menyelesaikan tantangan ini, anda diharuskan mempunyai kondisi badan yang fit dan beristirahat yang cukup karena menelusuri goa adalah kegiatan yang sangat melelahkan dan seru.

6. Pantai Pangandaran

pantai pangandaran
pantai pangandaran
Pantai Pangandaran yang terletak di sebelah tenggara Jawa Barat ini pernah dinobatkan sebagai pantai terbaik di Provinsi Jawa Barat. Keistimewaan pantai ini adalah anda dapat menikmati matahari terbit dan matahari terbenam di satu pantai, pasir putih yang halus, air yang jernih dan bersih, serta kelengkapan sarana wisata. Pantai Pangandaran sangatlah terkenal sehingga pada masa liburan akan dipadati dengan wisatawan dari berbagai daerah, hingga menyebabkan semua penginapan di Pantai Pangandaran penuh, bahkan tidak sedikit yang mendirikan tenda di pantai karena tidak mendapatkan penginapan.
7. Green Canyon
green canyon
green canyon
Dengan pepohonan yang rindang, tebing yang hijau, sungai yang jernih, dan goa yang dipenuhi stalakmit dan stalaktit yang indah, Green Canyon adalah tempat wisata di Jawa Barat bagian selatan yang paling populer. Anda dapat menikmati keindahan Green Canyon dengan berbagai cara, bisa dengan menggunakan perahu tempel, perahu kayuh, atau dengan badan anda. Untuk mencapai Green Canyon memang memakan waktu cukup lama, sekitar 9 jam perjalanan dari DKI Jakarta, namun anda tidak akan menyesal setelah menikmati keindahan Green Canyon yang luar biasa.

8. Arung Jeram Sungai Citarik

arung jeram citarik
arung jeram citarik
Sungai Citarik yang berlokasi di Sukabumi adalah salah satu tempat wisata di Jawa Barat yang paling populer karena Sungai Citarik sangat cocok untuk kegiatan arung jeram. Arung jeram Citarik adalah arung jeram yang paling terkenal bagi penduduk DKI Jakarta sejak lama. Sungai Citarik tidaklah dalam, namun memiliki banyak batu sehingga anda akan mendapatkan tantangan tersendiri untuk melewati batu-batu tersebut dan menaklukan Sungai Citarik. Arus air Sungai CItarik relatif tidak terlalu deras sehingga sangat cocok bagi siapapun, termasuk yang belum pernah bermain arung jeram sebelumnya. Sungai Citarik cenderung dipadati pecinta kegiatan luar ruangan pada saat akhir pekan.

9. Arung Jeram Sungai Cicatih

arung jeram cicatih
arung jeram cicatih
Sungai Cicatih adalah alternatif permainan arung jeram di Sukabumi yang cukup populer. Dengan arus airnya yang deras dan kedalaman sungai yang lumayan dalam, sungai ini memiliki tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi dari Sungai Citarik namun tetap aman bagi siapapun, termasuk mereka yang tidak bisa berenang. Saya sendiri lebih menyukai arung jeram Cicatih dari pada arung jeram Citarik karena lebih seru dan menantang.

10. Pantai Ujung Genteng

pantai ujung genteng
pantai ujung genteng
Pantai Ujung Genteng yang terletak di Sukabumi berjarak sekitar 200 kilometer dari DKI Jakarta. Hal terunik dari Pantai Ujung Genteng adalah anda dapat menikmati matahari terbit, dan matahari terbenam sekaligus di satu lokasi. Pantai Ujung Genteng adalah lokasi yang cocok untuk berselancar karena karakteristik ombak pantai selatan yang besar dan kuat. Pantai ini juga disukai oleh penyu, banyak penyu yang datang ke pantai ini sehingga anda dapat melihat penyu di sini. Pada bulan   Agustus, banyak penyu yang bertelur di pantai ini.

Senjata Tradisional Jawa Barat

Senjata Tradisional merupakan perkakas yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia pada masa lalu. Senjata tradisional yang biasanya dibuat dari bahan yang ditemukan dari alam ini biasanya dipergunakan sebagai alat pertahanan diri / perlindungan dari serangan musuh atau binatang buas. Selain itu senjata tradisional juga dipergunakan sebagai alat untuk kegiatan berladang maupun berburu. Pada saat ini senjata tradisional lebih berfungsi sebagai identitas suatu bangsa yang menjadi khasanah dan kekayaan budaya. Tak hanya itu, bahkan senjata tradisional juga memiliki falsafah yang tersirat dibalik fisiknya sebagai senjata / perkakas.

Senjata tradisional Jawa Barat banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bahkan salah satu senjata tradisional Jawa Barat yaitu kujang, menjadi simbol khas daerah Jawa Barat. Dan berikut ini adalah senjata tradisional yang berasal dari Jawa Barat :

1. Senjata Tradisional Jawa Barat - Kujang


Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat yang bentuknya unik dengan panjang sekitar 20 - 25 cm. Bahan pembuat kujang adalah dari besi, baja dan bahan pamor (baja putih yang ditempatkan pada bilah keris dan sebagainya). Pertamakali mulai dibuat pada abad ke 8 - 9, namun demikian ada beberapa pihak yang menyatakan kemungkinan bahwa kujang telah dipakai sebelum itu yang didasarkan pada kemungkinan teoritis terhadap bentuk kujang itu sendiri.

Senjata kujang ini merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.

Dilihat dari bentuk dan ragamnya, kujang dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
  1. Kujang ciung (kujang yang bentuknya menyerupai burung ciung)
  2. Kujang jago (kujang yang bentuknya menyerupai ayam jago)
  3. Kujang kuntul (kujang yang bentuknya menyerupai burung kuntul)
  4. Kujang bangkong (kujang yang bentuknya menyerupai bangkong (kodok))
  5. Kujang naga (kujang yang bentuknya menyerupai ular naga)
  6. Kujang badak (kujang yang bentuknya menyerupai badak); dan 
  7. Kudi (pakarang dengan bentuk yang menyerupai kujang namun agak “kurus”). 
 Sedangkan, apabila dilihat dari fungsinya kujang dapat pula dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
  1. Kujang sebagai pusaka (lambang keagungan seorang raja atau pejabat kerajaan)
  2. Kujang sebagai pakarang (kujang yang berfungsi sebagai senjata untuk berperang);
  3. Kujang sebagai pangarak (alat upacara); dan 
  4. Kujang pamangkas (kujang yang berfungsi sebagai alat dalam pertanian untuk memangkas, nyacar, dan menebang tanaman).
Kujang yang tergolong lengkap umumnya terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
  • Papatuk atau congo, yaitu bagian ujung yang runcing yang digunakan untuk menoreh atau mencungkil; 
  • Eluk atau siih, yaitu lekukan-lekukan pada badan kujang yang gunanya untuk mencabik-cabik tubuh lawan; 
  • Waruga yaitu badan atau wilahan kujang; 
  • Mata yaitu lubang-lubang kecil yang terdapat pada waruga yang jumlahnya bervariasi, antara 5 hingga 9 lubang. Sebagai catatan, ada juga kujang yang tidak mempunyai mata yang biasa disebut sebagai kujang buta; 
  • Tonggong, yaitu sisi tajam yang terdapat pada bagian punggung kujang; 
  • Tadah, yaitu lengkung kecil pada bagian bawah perut kujang; 
  • Paksi, yaitu bagian ekor kujang yang berbentuk lancip; 
  • Selut, yaitu ring yang dipasang pada ujung gagang kujang; 
  • Combong, yaitu lubang yang terdapat pada gagang kujang; 
  • Ganja atau landaian yaitu sudut runcing yang mengarah ke arah ujung kujang; 
  • Kowak atau sarung kujang yang terbuat dari kayu samida yang memiliki aroma khas dan dapat menambah daya magis sebuah kujang; dan 
  • Pamor berbentuk garis-garis (sulangkar) atau bintik-bintik (tutul) yang tergambar di atas waruga kujang. Sulangkar atau tutul pada waruga kunjang, disamping sebagai penambah nilai artistik juga berfungsi untuk menyimpan racun



2. Senjata Tradisional Jawa Barat - Baliung

Baliung adalah alat untuk menebang pohon besar atau sebagai salah satu perkakas untuk membangun rumah. Di daerah lain disebut juga kapak/patik. Gagangnya terbuat dari kayu yang agak panjang (30-35 cm). Tenaga dan daya tekan Baliung harus lebih besar dari pada bedog, dan karena itu dibuat dari besi baja yang lebih besar dan tebal pada bagian pangkal (bagian yang tumpulnya).





3. Senjata Tradisional Jawa Barat - Bedog

Bedog adalah salah satu senjata tradisional berupa pisau besar (golog) yang berfungsi untuk memotong ( tuktak-teukteuk), membelah kayu, menebang pohon (nuar) menyembelih dan memotong daging hewan serta peralatan untuk bekerja di kebun. Secara umum terdapat beberapa jenis Bedog yang didasarkan pada fungsinya antara lain :
  • Bedog gagaplok yang berfungsi untuk memotong / menyabit di kebun
  • Bedog pameuncitan digunakan untuk menyembelih hewan
  • Bedog Pamoroan digunakan untuk berburu (survival golok)
  • Bedog jonggol atau bedog hambalan digunakan untuk mengupas kelapa
  • Bedog Pamugeulan digunakan untuk menebang pohon
  • Bedog Sotogayot digunakan untuk memotong bilah bambu dan material bambu lainnya (nyisit awi pibilikeun)
Pada umumnya bedog memiliki bilah dengan panjang sekitar 30 cm sampai dengan 40 cm, namun ada pula bilah golok yang berukuran pendek atau kurang dari 30 cm. Bagian dari bedog antara lain :
  • Perah (gagang), 
  • Wilah (bilah) yaitu bagian utama dari bedog yang terbuat dari besi dan baja. Wilah ini biasanya terdiri dari buntut paksi (pangkal bedog yang ditancapkan pada perah/gagang, beuteung (bagian yang tajam) dan tonggong (bagian yang tumpul). Sedangkan ujung wilah disebut dengan congo.
  • Sarangka (sarung).


Selain dari senjata tradisional Jawa Barat yang telah tersebut diatas, masih ada beberapa senjata tradisional yang digunakan oleh masyarakat sunda, hal ini tercatat dalam lembar ke XVII naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian : Senjata sang prabu ialah: pedangabet(pecut), pamukgolok, peso teundeutkeris - Senjata orang tani ialah: kujangbaliungpatik,koredpisau sadap - Senjata sang pendeta ialah: kala katripeso rautpeso dongdang,pangotpakisi"

Tarian Tradisional Jawa Barat

Jawa Barat memiliki beragam kesenian pertunjukan yang perlu kita kenal dan bersama-sama kita lestarikan agar tidak musnah tergerus oleh budaya-budaya barat yang belum tentu sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia.

Salah satu kesenian yang dimiliki oleh Jawa Barat adalah seni tari tradisional. Beragam seni tari berkembang di masyarakat Jawa Barat. Sebagian dari pertunjukan tari tradisional tersebut memang merupakan warisan seni dan tradisi secara turun temurun, ada pula tari tradisional Jawa Barat yang merupakan sebuah karya cipta dan kreatifitas pelaku seni. 

Sebagai provinsi penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki pertumbuhan industri yang cepat, Jawa Barat berpotensi untuk kehilangan jati diri dan beragam kesenian termasuk seni tari tradisional. Oleh sebab itu, semoga catatan pada artikel ini bisa mengingatkan kita, bahwa kita memiliki budaya dan kesenian yang perlu dipertahankan. Beberapa tari tradisional dari Jawa Barat yang berhasil kami himpun antara lain :


1. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Topeng Cirebon


Tari Topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang sudah dikenal sejak zaman dahulu. Tarian ini diyakini masyarakat Cirebon telah ada sejak kesultanan Cirebon. Disebut dari topeng karena para penarinya menggunakan topeng saat beraksi. Pada pertunjukan tari topeng Cirebon ini, penarinya disebut sebagai dalang. Hal ini disebabkan karena pada pertunjukan tari topeng biasanya penari menggunakan beberapa topeng yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada umumnya penari tari topeng menggunakan 3 topeng yang digunakan secara simultan. Diawali dengan topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Setiap perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan.

Musik pengiring tari topeng Cirebon ini adalah menggunakan gamelan khas Cirebon. Tradisi pertunjukan Tari Topeng Cirebon ini telah berkembang dan menyebar di daerah daerah Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Perkembangan tari topeng tersebut menyebabkan munculnya berbagai variasi dan gaya tari topeng yang akan dibahas tersendiri dimasa mendatang.




2. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Merak


Tari merak dari Jawa Barat ini diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965.

Dinamakan tari merak karena tarian ini menggambarkan kecantikan dan keindahan burung merak. Para penari tarian tradisional ini menggunakan kostum yang juga mirip dengan bulu burung merak.




 3. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Wayang


Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya. Disebut tari wayang karena para penari mengenakan kostum dan melakukan gerak tari yang menggambarkan tokoh / karakter wayang yang dikenal masyarakat di Jawa Barat.
Pada awalnya tari wayang ini dimainkan pada saat pertunjukan wayang orang, namun pada perkembangannya kemudian tari wayang menjadi satu pertunjukan seni terse

Tari Wayang dapat dimainkan secara tunggal, berpasangan maupun masal. Sedangkan karakter yang dimainkan oleh pemain terdiri dari beragam karakter pria dan wanita.  Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi. Sedangkan karakter tari pria terdiri dari : Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu. Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa Satria Ladak Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya Monggawa Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca. 



4. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Ketuk Tilu



  


Tari Ketuk tilu merupakan tarian tradisi Jawa Barat khususnya wilayah Priyangan, Bogor dan Purwakarta. Pertunjukan tari Ketuk Tilu terdiri dari penari wanita yang biasa disebut ronggeng dan nayaga sebagai pengiring musik.
Pertunjukan ketuk tilu biasanya dilakukan diarea terbuka baik didalam maupun diluar ruangan, ronggeng biasanya akan menari mengitari lampu yang berkaki (sunda = obor).
Pada pertunjukan Ketuk Tilu pertama dilakukan tatalu (membunyikan alat musik) dengan tujuan untuk memanggil penonton. Setelah para penonton banyak pertunjukan akan diawali dengan tari pembuka, yaitu para penari wanita (Ronggeng) memasuki gelanggang, menari bersama mengitari lampu oncor, gerakan tarinya disebut jajangkungan dan wawayangan dan gerakannya sudah ditata terlebih dahulu, dengan tempo irama lambat.
Setelah tarian pembuka baru dilakukan tari bersama antara ronggeng dan penonton laki-laki, dan acara puncak disebut dengan parembut ronggeng. Dalam acara tersebut para penonton berebut untuk menari dengan ronggeng pilihan mereka. 




5. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Jaipong




Tari Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang dasarnya adalah tari Ketuk Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas seniman Jawa Barat Gugum Gumbira. Pada awal perkembangannya tari jaipong juga disebut ketuk tilu. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri).
Saat ini tari jaipong sudah menjadi ikon tarian di Jawa Barat. Tarian ini banyak ditampilkan baik pada acara perhelatan yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah Jawa Barat.




6. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Keurseus


Tari Keurseus merupakan tarian tradisional Jawa Barat yang disusun oleh R. Sambas Wirakoesoemah, lurah Rancaekek (Bandung) tahun 1915-1920 dan 1926-1935. Beliau adalah putra Nyi Raden Ratnamirah dan Raden Mintapradjakoesoemah, wedana Tanjungsari, Sumedang.

Pada awalnya dikenal tari tayub/tayuban yaitu tarian yang dilakukan oleh para menak (pejabat). Pada tahun 1905-1913, Wirakoesoemah belajar tari kepada Uwanya, Rd. Hj. Koesoemaningroem, penari di Kabupaten Sumedang dan ia juga belajar pada Sentana (Wentar), pengamen Topeng dari Palimanan, Cirebon tahun 1914. Dari bekal belajar tari itu, kemudian ia menyusun dan merapikan tari Tayub yang pada masanya sering dilakukan oleh para penari yang sudah dipengaruhi oleh minuman keras dan menari tanpa ada gerakan dasar. Dengan tujuan untuk menata budi para menak maka R.Sambas Wirakoesoemah mendirikan perguruan tari.

Perguruan tarinya diberi nama Wirahmasari yang didirikan tahun 1920 di Rancaekek dengan murid-muridnya yang kebanyakan berasal dari kalangan menak yang kemudian menyebarkannya ke seluruh Tatar Sunda. Pelajaran yang diajarkan secara sistematis pada murid muridnya dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah Cursus. Dalam lafal sunda menjadi Keurseus, sehingga tari yang diajarkan di Wirahmasari ini kemudian dikenal dengan nama Tari Keurseus.




7. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Buyung

 Tari buyung adalah tarian tradisional Jawa Barat yang biasanya dilakukan pada acara puncak pada upacara seren taun yang dilakukan masyarakat Jawa Barat. Tarian ini merupakan kreasi dari Emalia Djatikusumah, istri dari Pangeran Djatikusumah salah seorang sesepuh adat. 
Tarian ini menggambarkan para gadis desa yang mandi dan mengambil air bersama-sama dicurug (air terjun) Ciereng dengan menggunakan buyung (tempat air dari logam/tanah liat)




8. Tari Tradisional Jawa Barat - Ronggeng Bugis

Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi adalah salah satu tari tradisional yang bersifat komedi dari Cirebon. Tarian ini bersifat komedi karena dimainkan oleh penari laki-laki sebanyak 12 - 20 orang dengan dandanan dan gaya menari layaknya perempuan. Namun jangan salah  walaupun bergaya wanita, makeup yang dipergunakan oleh penari tidak kelihatan cantik justru bisa dibilang mirip baduk yang mengundang gelak tawa.

Asal mula tari Ronggeng Bugis, dilatarbelakangi ketegangan yang terjadi antara kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati sebagai Raja Cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk memata-matai atau saat itu dikenal dengan istilah telik sandi Kerajaan Pajajaran. Waditra / pengiring musik yang dipakai pada pertunjukan tari telik sandi / ronggeng bugis ini adalah alat musik tradisional dari Jawa Barat  antara lain Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, dan Kecrek.






9. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Sintren

Tari Sintren adalah tarian tradisional masyarakat Jawa khususnya Cirebon Jawa Barat. Tari ini juga disebut dengan lais yaitu bentuk tari-tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.

Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending 6 orang. Gadis tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berselebung kain. Pawang/dalang kemudian berjalan memutari kurungan ayam itu sembari merapalkan mantra memanggil ruh Dewi Lanjar. Jika pemanggilan ruh Dewi Lanjar berhasil, maka ketika kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah terlepas dari ikatan dan berdandan cantik, lalu menari diiringi gending






10. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Sampiung

Tari Sampiung adalah tari tradisional Jawa Barat pada zaman dahulu yang dipertunjukan sebagai kelengkapan upacara hari-hari penting seperti Seren Taun, Pesta Panen, Ngaruat, Rebo Wekasan, bahkan pada hari raya kenegaraan seperti pada perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan RI.

Asal mula nama Tari Sampiung karena lagu pengiringnya berjudul Sampiung. Kadang disebut juga Tari Ngekngek, karena waditra pengiringnya adalah Tarawangsa (alat Gesek, seperti Rebab) yang biasa disebut Ngekngek. Sebagian orang menyebutnya Tari Jentreng, karena salah satu waditra pengiringnya adalah Jentreng, yaitu alat petik berupa kacapi dengan ukuran kecil, yang juga biasa dipinjam namanya untuk nama tarian yang ditampilkan.